Notification

×

Iklan

Iklan

Santri di Era Digital: Dari Pondok ke Peradaban Baru

Rabu, 22 Oktober 2025 | Oktober 22, 2025 WIB | 0 Views Last Updated 2025-10-23T02:23:03Z
Muh. Zunnurain
Mahasiswa KPI IAIH Pancor

kpiiaihpancornewscom - Setiap tanggal 22 Oktober, bangsa Indonesia memperingati Hari Santri Nasional sebagai momentum penting untuk merefleksikan kiprah kaum santri dalam sejarah perjuangan bangsa dan kontribusinya terhadap penjagaan moral serta keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Santri bukan sekadar penuntut ilmu agama, tetapi juga penjaga nilai-nilai kebangsaan dan kemanusiaan.


Peringatan Hari Santri tahun 2025 mengusung tema “Mengawal Indonesia Merdeka Menuju Peradaban Dunia”. Tema ini mengandung pesan mendalam tentang pentingnya peran santri dalam mengawal arah peradaban di tengah derasnya arus perubahan global, terutama pada era digitalisasi yang terus berkembang.


Jejak Historis dan Spirit Nasionalisme Santri

Dalam sejarah Indonesia, peran santri dan ulama tidak hanya terbatas pada lingkup keagamaan, tetapi juga menyatu dengan perjuangan kemerdekaan. Resolusi Jihad yang dikumandangkan oleh Hadratus Syaikh KH. Hasyim Asy’ari pada 22 Oktober 1945 menjadi bukti kuat bahwa semangat nasionalisme dan keimanan berpadu dalam satu napas perjuangan. Semboyan “Hubbul Wathan minal Iman” (Cinta Tanah Air Sebagian dari Iman) menjadi dasar spiritual sekaligus moral bagi para santri untuk membela tanah air.


Di Lombok, semangat serupa hidup dalam perjuangan TGKH. M. Zainuddin Abdul Madjid, ulama kharismatik yang mendirikan Nahdlatul Wathan. Melalui nasyid “Ya Fata Sasak,” beliau menyerukan kebangkitan pemuda Sasak untuk berjuang membela tanah air dengan semangat keislaman dan nasionalisme. Nilai-nilai perjuangan ini menjadi warisan luhur yang seharusnya terus dihidupkan oleh santri masa kini.


Santri dan Tantangan Era Digital

Memasuki era digital, pesantren menghadapi tantangan baru yang tak kalah berat dari masa perjuangan fisik: transformasi nilai dan informasi. Dunia kini bergerak cepat melalui teknologi, sementara arus informasi begitu deras dan sering kali tanpa filter etika maupun moral.


Perubahan ini menuntut pesantren untuk beradaptasi tanpa kehilangan jati diri. Pengajaran kitab kuning, kajian tafsir, dan dakwah yang dahulu hanya dilakukan di serambi masjid kini merambah ke ruang digital. Santri dan kiai kini tampil di berbagai platform daring (YouTube, TikTok, hingga podcast) untuk menyebarkan nilai Islam yang moderat, sejuk, dan relevan dengan konteks zaman.


Namun demikian, digitalisasi dakwah tidak boleh menggeser ruh pesantren. Nilai-nilai akhlaqul karimah, tawadhu, keikhlasan, dan khidmah harus tetap menjadi fondasi utama. Teknologi hanyalah sarana; sedangkan tujuan utamanya tetaplah membentuk manusia berilmu dan berakhlak.


Transformasi dan Kontribusi Nyata

Beberapa pesantren di Indonesia kini telah berhasil memadukan tradisi dengan inovasi. Santri tidak hanya belajar kitab, tetapi juga menguasai literasi digital, jurnalistik, desain grafis, hingga manajemen konten dakwah. Hal ini, menunjukkan bahwa pesantren mampu bertransformasi menjadi pusat pengembangan ilmu yang adaptif dan produktif.


Pesantren diharapkan menjadi garda depan literasi digital Islami sebagai tempat lahirnya konten positif yang menyejukkan dan mencerdaskan publik. Di sisi lain, pemerintah dan masyarakat perlu memberi dukungan berupa pelatihan teknologi, penguatan infrastruktur digital pesantren, serta ruang kolaborasi lintas lembaga agar dakwah santri semakin berdaya guna di ruang publik digital.


Penutup: Menjaga Nilai dan Mengawal Peradaban

Santri masa kini memikul amanah ganda: menjaga warisan spiritual pesantren sekaligus mengawal masa depan peradaban digital bangsa. Keseimbangan antara ilmu, teknologi, dan akhlak menjadi kunci agar santri tidak larut dalam euforia digital, tetapi tetap menjadi pelopor moral dan pembawa cahaya pengetahuan.


Dari bilik-bilik pondok hingga ke dunia maya, kiprah santri terus menegaskan bahwa pesantren bukan institusi masa lalu, melainkan pusat peradaban yang terus relevan dalam membangun Indonesia yang beradab, berkeadilan, dan bermartabat.

×
Berita Terbaru Update